Lewat Melek Digital, UKM Keluarga Mahasiswa Kristiani Menantang Hoaks

Persoalan kronis bangsa dan negara Indonesia saat ini adalah hoaks (berita bohong). Persoalan ini kian merangsek, bahkan ke ruang akademis, sehingga tak boleh dipandang remeh temeh lantaran berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan. Karenanya, melek digital sangat diperlukan agar bisa menangkal persoalan itu.

“Tema literasi atau melek digital yang diangkat oleh Panitia Lokakarya dan Bina Akrab Unit Kegiatan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UKM KMK Ps-UGM) tahun 2018 ini sungguh menarik karena memang hoaks saat ini merasuki bangsa dan negara kita. Perlu kita akui kalau hoaks juga kerap disebar oleh kaum intelektual (mahasiswa),” kata Ketua Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Zaidan Zikri Malem, saat membuka kegiatan Lokakarya dan Bina Akrab KMK Ps-UGM di Wisma Salam, Magelang, Sabtu (13/10/2018).

Menurut Malem, literasi atau melek digital perlu dihadirkan kepada para mahasiswa karena persoalan hoaks hanya bisa diatasi jika memiliki pemahaman yang memadai tentang literasi digital.

“Kita sudah dan sedang ada dalam dunia digital, sehingga melek digital perlu dimiliki. Dengan melek digital, saya kira segala bentuk informasi yang tidak benar dapat kita kenali,” ungkapnya.

Menjadi intelektual pilihan, ujar Malem, selalu menuntut adanya kegiatan kemahasiswaan yang berorientasi pada kajian dan diskusi ilmiah, sehingga kegiatan lokakarya tentang Literasi Digital dan Revitalisasi Sumpah Pemuda yang diangkat oleh UKM KMK Ps-UGM sudah sangat tepat.

Ketua UKM KMK-Ps UGM Budi Andresi mengungkapkan kegiatan lokakarya dan bina akrab merupakan kegiatan tahunan sebagai salah satu program kerja kepengurusan KMK. Kegiatan itu menghadirkan lokakarya tentang Literasi Digital sebagai salah satu wujud kepedulian KMK terhadap persoalan hoaks yang tengah menyandera bangsa dan negara Indonesia.

“Sebagai kaum intelektual, kita memang dituntut untuk memahami digital, apalagi hoaks masih terus menguasai bangsa dan negara kita ini. Karenanya, panitia lokakarya dan bina akrab menghadirkan pemateri yang memang cukup mumpuni di bidang literasi digital guna memberikan pencerahan, khususnya dalam menangkal isu hoaks,” tuturnya.

Ketua Panitia Lokakarya dan Bina Akrab Viktorius P. Feka menambahkan kegiatan lokakarya dilakukan guna membangkitkan dan memberdayakan mahasiswa KMK Ps-UGM dalam membahas dan menangani persoalan kronis bangsa dan negara Indonesia saat ini, yaitu hoaks yang disebar lewat media online (dari jejaring).  

“Tidak bisa kita pungkiri kalau hoaks juga disebar oleh kaum intelektual, sehingga gerakan literasi digital di kalangan mahasiswa perlu dilakukan. Melalui literasi digital, kita dapatkan pemahaman yang cukup baik dalam menangkis isu-isu hoaks,” sebutnya.

Kegaiatan Lokakarya dan Bina Akrab KMK, tambah Feka, tak hanya menyajikan materi tentang Literasi Digital, tapi juga materi tentang Revitalisasi Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 guna mengingatkan anggota KMK agar menjabarkan sumpah itu dengan tidak menyebar hoaks, tidak menyemai benih radikalistis dan intoleransi, serta tidak memecah belah persatuan dan kesatuan Nusantara.

Sebagai informasi, kegiatan Lokakarya dan Bina Akrab KMK Ps-UGM 2018 diselenggarakan selama dua hari, yaitu pada tanggal 13 dan 14 Oktober 2018, di Wisma Salam Magelang. Kegiatan itu diisi oleh dua pemateri andal, yaitu Sarjoko Wahid, salah satu aktivis di Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian. Ia membawa materi tentang Literasi Digital; dan Hans Hayon, mantan jurnalis Flores Pos, membawa materi tentang Revitalisasi Sumpah Pemuda.  

 

Sarjoko Wahid Sebut Dunia Maya Jadi Kampung Hoaks

Sarjoko Wahid, salah satu aktivis di Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian Yogyakarta, menyebut dunia maya telah menjadi kampung hoaks saat ini. Pasalnya, dunia maya bisa digunakan oleh siapa saja tanpa ada aturan yang begitu rumit.

“Dunia maya saat ini menjadi ‘pulau harapan’ bagi sebagian besar umat manusia. Tercatat pengguna internet pada tahun 2018 mencapai kurang lebih empat miliar. Seiring perkembangan dunia teknologi ini, kasus hoaks pun tak bisa ditepis,” kata Wahid saat membawakan materi tentang Literasi Digital pada kegiatan Lokakarya dan Bina Akrab KMK Pascasarjana UGM di Wisma Salam Magelang, Sabtu siang (13/10/2018).

Saking mudahnya mengakses dunia maya (digital), kata Wahid, informasi disebar manasuka tanpa memperhatikan kebenaran dari informasi itu, sehingga hoaks semakin tak terelakan. Hoaks menyebar begitu cepat karena dibagikan berkali-kali lewat aneka saluran media sosial.

“Penyebaran hoaks di era digital memang susah diidentifikasi, sehingga literasi digital penting digerakkan. Lewat literasi digital, pelbagai informasi bisa dipilih dan dipilah mana yang berharga, benar, dan mana informasi yang kurang berhaga, bohong,” jelasnya.

Literasi digital dalam mengungkap hoaks, tutur Wahid, bisa dilakukan melalui pemetaan aksi dalam bentuk edukasi (membangun narasi). Edukasi bisa melalui kegiatan personal dengan memberi pengertian kepada orang-orang terdekat atau melakukan pelatihan penggunaan media maya, sedangkan membangun narasi dilakukan untuk mengetahui isi dari kebenaran informasi yang disampaikan.

Hans Hayon, mantan Jurnalis Flores Pos, dalam materinya menyatakan peran kaum muda memang sangat diharapkan dalam menangkal isu hoaks karena pemudalah yang memberikan kepemimpinan dan energi dalam sejarah Indonesia di zaman dulu.

“Tantangan pemuda saat ini adalah bagaimana menggunakan bahasa (Indonesia) secara baik, benar, dan beradab. Pemuda, khususnya anggota KMK, memang sangat dituntut untuk berperan aktif dalam menangkal persoalan hoaks dengan membaca kembali isi Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928,” ujarnya.

Semangat perjuangan pemuda masa kini, kata Hayon, haruslah terus dipupuk guna melawan persoalan krusial lainnya selain hoaks, seperti persoalan terorisme, radikalisme, penyalahgunaan narkoba, dan lainnya.   

Tags: KMK PS

Leave A Comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Accessibility Toolbar