Himpunan Mahasiswa Pascasarjana bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan bersama Unit Kegiatan Mahasiswa Jurnal Paradigma Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan Seminar Nasional dan Call for Papers pada Sabtu (13/10) bertempat di Auditorium Merapi Fakultas Geografi UGM. Mengusung tema “Peran Akademisi dalam Menghadapi Tantangan Era Revolusi Industri 4.0”, kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa UGM dan mahasiswa di luar UGM dari berbagai jenjang pendidikan, serta beberapa dosen dari berbagai universitas.
Ahmad Rayhan selaku ketua pelaksana menjelaskan latar belakang diadakan kegiatan ini karena melihat masih banyak yang belum memanfaatkan perkembangan Revolusi Industri 4.0 dengan bijak. Meskipun segala kemudahan didapat melalui perkembangan industri saat ini, namun tak sedikit yang justru terperangkap di dalamnya, tak sedikit yang terpengaruh oleh berita hoax. “ Perkembangan Revolusi Industri 4.0 ini tentunya memiliki tantangan tersendiri bagi akademisi, apakah kita dapat memanfaatkannya, atau malah kita yang tergerus oleh perkembangan ini” ungkap Rayhan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Zaidan Zikri Malem selaku Ketua HMP. Menurut Malem, seorang akademisi mempunyai kemampuan analisis dan prediksi. Selayaknya hal ini menjadikan akademisi punya peran dan posisi penting untuk mendukung perkembangan industri tanpa melupakan sisi-sisi humanis di balik teknologi. Oleh karena itu, Malem mengharapkan kegiatan ini semakin membuka wawasan para akademisi tentang apa yang sedang terjadi dan memberi gambaran peran apa yang bisa dimainkan dari berbagai sudut sisi. “Teknologi itu penting tapi jangan sampai menggerus diri sendiri,” tambahnya.
Rangkaian kegiatan ini diawali dengan Seminar Nasional yang menghadirkan Menteri KOMINFO, Rudiantara, S.Stat., MBA. sebagai keynote speaker, yang dalam kesempatan ini diwakilkan kepada Ir. Herry Abdul Azis, M.Eng selaku Staff Ahli Menteri KOMINFO Bidang Teknologi. Selain itu, Guru Besar FE UGM, Prof. Dr. Catur Sugiyanto, M.A., dan Kepala Kantor Urusan Internasional UGM, I Made Andi Arsana, Ph.D. turut hadir sebagai pembicara dengan dimoderatori oleh Subejo, SP., M.Sc., Ph.D.
Dalam pemaparannya, Ir. Herry Abdul Azis, M.Eng mengungkapkan bahwa dalam menghadapi perkembangan industri saat ini Indonesia mempunyai program “Making Indonesia 4.0” yaitu membangun infrastruktur digital dan penguatan SDM. Pembangunan infrastruktur digital dilakukan dengan cara memantau warga dalam penggunaan internet dan mendata per kategori tertentu serta merekapitulasi tiap konten yang tersebar di internet. Sedangkan penguatan SDM dilakukan dengan mengatur jaringan dan sinergi antara pemerintah dan akademisi, mengatur atau manajemen konten dengan baik, serta bercita-cita untuk tetap menggapai Optimisme Ekonomi Digital Indonesia.
Sementara itu menurut Prof. Dr. Catur Sugiyanto, M.A., memandang industri 4.0 untuk kasus Indonesia dapat dilakukan dengan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen dan mempelajari skill lain untuk mendapatkan lapangan pekerjaan. Selain itu, para tenaga kerja juga harus siap dipindahkan untuk memenuhi atau meratakan tenaga kerja yang kurang di tempat lain.
Untuk itu, sebuah pendidikan hendaknya mengedepankan beberapa prinsip untuk menghadapi era revolusi industri 4.0. I Made Andi Arsana, Ph.D. menerangkan prinsip pendidikan di era revolusi Industri 4.0 , di antaranya bahwa pendidikan bisa diakses di manapun dan kapanpun, mengutamakan penyampaian materi yang mudah dimengerti, dan selalu mengevaluasi, bukan menguji, serta lakukan sesuatu dengan menjaga value-nya.
Serangkaian kegiatan dilanjutkan dengan presentasi dari para pemakalah yang telah mengumpulkan papers. Kegiatan ditutup dengan pengumuman paper terbaik berdasarkan penilaian panitia yang diraih oleh Ahmad Turmudi Zy, S.Kom., M.Kom. dan Nita Rahmawati, S.Kom. Sementara paper terbaik berdasarkan penilaian reviewer akan diumumkan setelah dua minggu melalui email. (Nilam Putri C.)