Satu dari tiga anak di Indonesia mengalami stunting. Indonesia menduduki ranking ke 5 negara yang memiliki jumlah kasus stunting tertinggi di dunia. Dari data ini maka kesadaran akan isu stunting sangat perlu. Saat ini stunting menjadi popular untuk dibahas bagi kalangan yang tau apa itu stunting, tapi mungkin istilah stunting masih terdengar asing di telinga sebagian masyarakat Indonesia. Himpunan Mahasiswa Pascasarjana UGM ingin mengajak semua kalangan untuk mengenal dan peka terhadap masalah stunting ini.
Apasih stunting itu?
Stunting adalah masalah gizi kronis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan, Ciri yang paling menonjol adalah perawakan tubuh yang pendek. Masalah stunting bukan hanya tentang tinggi badan tapi lebih dari itu stunting memiliki efek jangka panjang seperti berkurangnya kognitif dan perkembangan anak. Hal ini harusnya menjadi suatu hal yang mengkhawatirkan sehingga anda akan melakukan cara supaya stunting tidak terjadi.
Pernahkah anda memantau asupan gizi buah hati anda?
Banyak yang beranggapan bahwa stunting bisa terjadi semata-mata karena faktor keturunan padahal hanya 5% peranan genetik pada kasus stunting. Jadi apakah yang menyebabkan stunting bisa terjadi? Penyebab salah satunya adalah factor nutrisi. Disini pemenuhan asupan gizi merupakan proses panjang sejak janin masih dalam kandungan atau saat masa hamil, baru lahir, sampai saat anak berusia dua tahun. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa 20% kasus stunting telah terjadi sejak bayi masih berada di dalam kandungan. Hal ini bisa terjadi disebabkan oleh asupan ibu yang tidak tepat saat hamil sehingga nutrisi yang dibutuhkan sang janin tidak terpenuhi.
Olehnya itu siapakah yang paling berperan dalam pencegahan kasus stunting? Jawabannya adalah ibu hamil dan lebih tepatnya orangtua. Tapi tidak sedikit orangtua yang tidak tahu bahwa hal ini adalah suatu masalah dan juga tidak tahu cara mencegahnya. Padahal sangat perlu bagi orangtua untuk memahami bahwa gizi janin bergantung sepenuhnya kepada ibu. Oleh karena itu kecukupan gizi ibu sangat mempengaruhi janin yang dikandungnya. Karena penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Peran ayah tidak kalah penting sebagai caregiver dalam memastikan kebutuhan ibu dan janin terpenuhi, hingga bayi lahir, kemudian merawat dan membesarkan sang buah hati.
Mengapa di 1000 hari pertama kehidupan?
Karena seribu hari pertama kehidupan adalah fase kehidupan yang dimulai sejak terbentuknya janin di dalam kandungan (270 hari) hingga anak berusia 2 tahun (730 hari). Sehingga perbaikan gizi pada 1.000 HPK akan menunjang proses tumbuh kembang mulai dari janin, bayi dan anak sampai usia 2 tahun. Penelitian-penelitian terkini melaporkan bahwa berbagai intervensi gizi yang cost effective terwujud pada sasaran 1000 hari pertama kehidupan.
Anak adalah harapan orangtua. Setiap orangtua mempunyai harapan besar pada buah hatinya. Lebih dari itu anak-anak adalah aset terbesar yang dimiliki oleh suatu Negara untuk mencapai masa depan bangsa yang lebih baik. Olehnya itu, anak – anak harus menjadi generasi yang sehat dan berkualitas. Tentu saja anak stunting bukanlah yang Negara harapkan. Karena kondisi kekurangan gizi seperti yang dialami anak stunting akan berakibat pada rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia. Olehnya itu, perlu dilakukan intervensi seperti peningkatan cakupan kegiatan pencegahan stunting. Mari kita bersama-sama mewujudkan sasaran nasional pada tahun 2025 yaitu mengurangi 40 % proporsi anak stunting. Demi perwujudan generasi bangsa yang hebat. Untuk mencapai itu harus ada kerjasama dari semua pihak secara terpadu dan berkelanjutan.
Sumber bacaan:
Bhutta, ZA, Ahmed, T., Black, RE, et al. 2008. Maternal and Child Undernutrition 3: What Works? Interventions for Maternal and Child Undernutrition and Survival. Lancet.
Soetjiningsih & Ranuh, IG. 2017. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta : EGC
UNICEF. 2013. Improving Child Nutrition, the Achievable Imprarative for Global Progress. New York :United Nations Children’s Fund.
WHO.2014. WHA Global Nutrition Targets 2025: Stunting Policy Brief. Geneva: World Health Organization.