Keberadaan perempuan dan eksistensinya hampir selalu menjadi isu di era modern. Beberapa isu yang diangkat seringkali menjadikan kehadiran perempuan mendapat diskriminasi dalam suatu budaya tertentu, padahal perjalanan perjuangan bangsa Indonesia tidak lepas dari eksistensi kaum perempuan yang juga turut berpartisipasi dan memberikan sumbangan dalam membentuk bangsa yang berdaulat. Keterlibatan perempuan pada sejumlah posisi penting dalam negara ikut memberi keragaman model kepemimpinan. Disamping sebagai pemimpin dalam satu kelompok, mereka juga ikut dalam perlemen sebagai perwakilan perempuan dalam perencanaan pembangunan bangsa. Bangsa Indonesia memiliki budaya yang sangat mengapresiasikan perempuan, sehingga dapat menjadi poros yang seimbang dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi.
Persoalan kronis bangsa dan negara Indonesia saat ini adalah hoaks (berita bohong). Persoalan ini kian merangsek, bahkan ke ruang akademis, sehingga tak boleh dipandang remeh temeh lantaran berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan. Karenanya, melek digital sangat diperlukan agar bisa menangkal persoalan itu.
“Tema literasi atau melek digital yang diangkat oleh Panitia Lokakarya dan Bina Akrab Unit Kegiatan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UKM KMK Ps-UGM) tahun 2018 ini sungguh menarik karena memang hoaks saat ini merasuki bangsa dan negara kita. Perlu kita akui kalau hoaks juga kerap disebar oleh kaum intelektual (mahasiswa),” kata Ketua Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Zaidan Zikri Malem, saat membuka kegiatan Lokakarya dan Bina Akrab KMK Ps-UGM di Wisma Salam, Magelang, Sabtu (13/10/2018).
Himpunan Mahasiswa Pascasarjana bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan bersama Unit Kegiatan Mahasiswa Jurnal Paradigma Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan Seminar Nasional dan Call for Papers pada Sabtu (13/10) bertempat di Auditorium Merapi Fakultas Geografi UGM. Mengusung tema “Peran Akademisi dalam Menghadapi Tantangan Era Revolusi Industri 4.0”, kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa UGM dan mahasiswa di luar UGM dari berbagai jenjang pendidikan, serta beberapa dosen dari berbagai universitas.
Bidang Kesehatan dan Lingkungan Hidup (KLH) Himpunan Mahasiswa Pascasarjana (HMP) UGM berhasil menyelenggarakan Seminar Nasional Kesehatan dengan tema “Peningkatan Kualitas Hidup Pasien Stroke dengan Penanganan Komprehensif Antar Profesi Sebagai Strategi Pencapaian SDG’s” pada 29 September 2018 lalu di Auditorium Sekolah Pascasarjana UGM. Sesuai dengan tema yang diangkat, Seminar Nasional ini diikuti oleh 100 orang peserta yang terdiri dari mahasiswa dan praktisi dari rumpun kesehatan maupu non kesehatan. “Kita memang tidak akan bisa menyelesaikan masalah Stroke ini sendirian. Butuh ada kerjasama, dan kolaborasi dari berbagai pihak; tenaga kesehatan maupun pembuat kebijakan,” papar dr. Cut Putri Arianie, Direktur Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI dalam diskusi terbuka di sesi pertama Seminar Nasional Kesehatan ini. Pada sesi pertama ini, dr. Cut Putri Arianie ditemani juga oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. (Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FKKMK UGM) dan dr. Dwi Hesti Yuniarti (Kepala BPJS Kesehatan Cabang yogyakarta), dengan dimoderatori oleh Dr. Diah Ayu Puspandari, Apt., MBA, M.Kes (Ketua Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan (KP-MAK) FKKMK UGM).
Hari Aksara Internasional diperingati setiap tanggal 8 September melalui Konferensi UNESCO di tahun 1966. Sejak tahun tersebut misi dunia untuk mengetaskan buta huruf secara serius digencarkan. Kini, 52 tahun sudah setiap tahun tahunnya UNESCO memperingatinya termasuk negara anggotanya. Indonesia yang termasuk di dalamnya turut serta berupaya dan berkomitmen meningkatkan melek aksara secara nasional. Tema yang diangkat secara internasional tahun ini adalah “Literacy and Skill Development” sedangkan dalam lingkup nasional pemerintah terfokus pada tema “Mengembangkan Keterampilan Literasi yang Berbudaya” dengan harapan melihat jenis keterampilan keaksaraan yang dibutuhkan dalam menavigasi masyarakat dan mengeksplorasi kebijakan keaksaraan yang efektif (gln.kemdikbud).
Himpunan Mahasiswa Pascasarjana (HMP) Universitas Gadjah Mada lahir pada 22 Juli 2006, kini genap berusia 12 tahun. HMP UGM yang dipimpin Zaidan Zikri Malem melakukan syukuran potong tumpeng dan bermain bersama anak-anak di kampung Mrican, Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta.
Sejak Februari 2018, kampung Mrican telah dijadikan sebagai desa binaan HMP UGM. Besar harapan agar HMP UGM mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui kegiatan yang bermanfaat sebagaimana nama kabinetnya, yaitu kabinet kontribusi. Tidak hanya pada anak-anak, kegiatan yang telah dilakukan lainnya yaitu memberikan penyuluhan terkait kesehatan kepada ibu-ibu dan remaja di kampung Mrican.
Tanggal 1 Juni diakui sebagai Hari Perlindungan Anak Internasional yang disepakati dalam sebuah Konferensi Internasional untuk Kesejahteraan Anak di Swiss pada tahun 1925. Selanjutnya hari ini juga disepakati oleh 51 negara dalam Federasi Demokrasi Wanita Di Moskow, Rusia pada tahun 1949. Oleh karena itu, hingga saat ini, 1 Juni dijadikan momen untuk memperingati perlindungan anak di tingkat internasional.
Perayaan sekaligus hari besar bagi anak ini memiliki tujuan untuk menghormati hak-hak seluruh anak di dunia. Berbicara mengenai hak anak di Indonesia, terdapat Undang-Undang yang mengatur hak tersebut. Kini diterapkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan dari Undang-Undang Perlindungan Anak sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Menurut UU No. 23 Tahun 2002 tersebut, anak adalah seseorang yang belum genap berusia 18 tahun dan termasuk anak dalam kandungan.
Tanggal 31 Mei merupakan tanggal yang ditetapkan untuk memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Peringatan tersebut bermaksud untuk mengajak para perokok untuk tidak merokok selama 24 jam secara serentak di seluruh dunia. Lebih lanjut, Hari Tanpa Tembakau Sedunia bertujuan untuk menarik perhatian dunia terkait menyebarluasnya kebiasaan merokok serta dampak buruk yang ditimbulkan khususnya terhadap kesehatan.
Merokok seakan telah menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia, hal tersebut terlihat dari penyebaran perokok yang meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia dari berbagai kalangan. Berdasarkan data Survei Indikator Kesehatan Nasional (SIRKESNAS) tahun 2016, prevalensi merokok secara nasional adalah 28,5% dan menurut kelompok umur, prevalensi tertinggi pada usia 40-49 tahun sebesar 39,5%, sedangkan pada usia muda (<20 Tahun) sebesar 11,1 %, (Kemenkes RI, 2017).
Bulan ramadan tidak menyurutkan semangat untuk menyambung tali silaturahmi, 19 Mei 2018 di Ruang Sidang Lantai 3 Gedung Pusat Antar Universitas (PAU) UGM telah dilaksanakan acara diskusi dan silaturahmi oleh Himpunan Mahasiswa Pascasarja (HMP) UGM dengan Keluarga Mahasiswa Pascasarjana (KMP) UNY. Silaturahmi ini dikuti oleh 30 orang dari badan harian pengurus KMP UNY dan 25 orang dari badan pengurus harian dari HMP UGM.
Acara ini memiliki beberapa sesi seperti pembukaan acara oleh ketua panitia dan dilanjutkan sambutan oleh Zaidan Zikri Malem selaku ketua dari HMP UGM. Selain itu, sambutan juga dilakukan oleh ketua KMP UNY yaitu Ariestiawa, S.Pd. “Pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang” Ujar Zaidan dalam intro pengenalan anggota pengurus harian HMP UGM. Pengenalan badan kepengurusan bertujuan untuk mengetahui suatu susunan pondasi yang menguatkan suatu Himpunan.
Penyakit lupus tergolong penyakit autoimun yaitu gangguan system kekebalan yang terjadi dalam tubuh. System kekebalan tubuh (imun) orang dengan lupus atau biasa disebut Odapus menyerang sel-sel, jaringan dan organ sehat dari tubuhnya sendiri sehingga menyebabkan peradangan kronis. Antibodi pada keadaan nomal berfungsi melindungi diri dari zat asing, namun pada odapus antibody yang terbentuk berlebihan sehingga menyerang dirinya sendiri.
Pada tahun 2016 tercatat 2.166 pasien yang menginap di Rumah Sakit didiagnosa menderita penyakit lupus. Meskipun digolongkan sebagai penyakit langka, nyatanya prevalensi penderita lupus terus meningkat setiap tahunnya. Lupus umumnya menyerang wanita usia produktif (15-50 tahun), namun ternyata dewasa ini pasien laki-laki mulai banyak didiagnosa karena lupus. Pada tahun 2016 jumlah laki-laki penderita lupus mencapai 54,3% sedangkan perempuan sebesar 45,7%.